Liputan6.com, Kabul - Kasus perkosaan di Afghanistan mengegerkan warga setempat. Sebab korbannya masih di bawah umur atau masih balita.
Dalam kondisi lemah dan membisu, gadis kecil bernama Neelofar yang baru berusia tiga tahun itu terbaring di pelukan sang nenek di bangku belakang sebuah taksi yang melaju kencang menuju ibukota Afghanistan, Kabul.
Sebuah tabung plastik masih menempel di tubuh. Satu tangannya bahkan dibalut perban bekas selang infus yang dipasang untuk menyelamatkan nyawanya.
Neelofar berada dalam kondisi kritis setelah diperkosa dan ia membutuhkan perawatan medis khusus yang hanya terdapat di ibukota.
Beberapa hari sebelumnya, gadis kecil itu sedang bermain dengan teman-temannya di depan rumahnya ketika seorang pria menggendong dan membawanya ke kebun.
Menurut keluarga dan staf medis, pria itu membekap mulutnya, memperkosanya, dan kemudian berusaha membunuhnya.
"Pria itu berusaha membekapnya dan berusaha mencabut nyawa Neelofar karena ia (pria tersebut) merasa takut," kata Monija, dokter yang merawat si balita setelah serangan itu seperti dikutip dari BBC, Jumat (21/11/2014).
"Ada tanda bekas kekerasan di lehernya."
Baca Juga
Sementara itu, setelah perjalanan panjang dan melelahkan dari desanya ke ibukota, Neelofar kini dirawat di rumah sakit anak modern dan mendapat perhatian penuh. Dokter berharap ia dapat pulih dan sehat kembali.
Namun kemungkinan ia tidak akan kembali lagi ke desa karena stigma sebagai korban perkosaan. Juga khawatir terhadap perlakuan buruk terhadap Neelofar .
Bila Neelofar pulih kelak, ia pun bisa tinggal di salah satu panti asuhan tempat korban-korban perkosaan dibesarkan dan mendapat pendidikan layak.
Bunuh Diri Sekeluarga
Ibu dan ayah Neelofar saat kejadian nahas itu terjadi sedang tidak di rumah. Menurut keluarga, setelah kejadian, seorang lelaki lain melewati kebun itu dan mendengar suara.
Kala itu ia menemukan Neelofar dalam kondisi berdarah, lalu membawanya ke masjid desa.
Polisi kemudian menangkap pemuda berusia 18 tahun terkait kasus itu. Ia diduga merupakan tetangga korban dan mengenal keluarga Neelofar.
Pada saat kejadian, ayah Neelofar, Abdul sedang menempuh perjalanan selama delapan hari ke kota Bandar Abbas di Iran untuk mencari kerja. Ia mendapat kabar dari rekannya tentang insiden itu, dan kemudian kembali pulang ke Kabul, separuh jalan ditempuhnya dengan berjalan kaki.
"Hidup anak perempuanku telah berakhir," ungkap Abdul dalam kondisi lelah, lapar dan haus karena sudah berhari-hari tidak makan.
Menurut pengakuan Abdul, dalam masyarakat yang didominasi lelaki, korban perkosaan akan diasingkan dan dianggap pelacur. Pernikahan tidak mungkin terjadi dan keluarga diliputi rasa malu.
Namun Abdul khawatir polisi tidak akan mengusut kasus ini karena keluarganya miskin. "Presiden tidak mendengarkan orang miskin dan tidak punya uang," kata dia.
"Jika pemerintah tidak memberikan hak saya berdasarkan hukum Syariah dan hukum Afghanistan, saya akan membawa enam orang anak saya yang lain dan membunuh mereka di depan istana presiden. Dan saya akan meninggalkan Afghanistan. Istri dan ibu saya juga mengatakan akan bunuh diri," beber Abdul. (Tnt/Yus)
Advertisement