Pulau Mengapung di Laut Jawa...Ini 8 Taktik Jitu dalam Perang

Selama Perang Dunia I dan II, ada berbagai cara yang dipakai untuk menyerang maupun menyelamatkan diri dari pihak musuh.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 13 Jul 2017, 18:00 WIB
Diterbitkan 13 Jul 2017, 18:00 WIB
Tradisi minum teh saat Perang Dunia II (1)
Perdana Menteri Stanley Bruce dari Australia sedang berbagi saat minum teh bersama tentara Australia dari 2nd AIF Division di London, 1940. (Sumber State Library of Victoria)

Liputan6.com, Jakarta - Peperangan adalah urusan yang keji. Kalau ada yang bercerita selain itu, mungkin ia belum pernah mengalami atau justru mengambil untung dari suasana pertempuran.

Namun, perang juga menantang manusia untuk mencari akal agar bisa menang. Misalnya, pasukan Romawi pada tahun 88 M ketika menghadapi Dacia (sekarang di tenggara Romania).

Setahun sebelumnya, Kaisar Domitia memerintahkan Jenderal Cornelius Fuscus untuk menyerang, tapi kalah ketika disergap pasukan Raja Decebalus dan Fuscus malah gugur di celah sempit Tapae.

Pada musim panas 88 M, Domitia mengirim lagi pasukan di bawah Jenderal Tettius Julianus yang berhasi menang walau dengan banyak korban. Karena khawatir pasukan Romawi mencaplok Sarmizegetusa, ibukota kerajaan, Raja Decebalus memrintahkan menebang pohon-pohon menjadi seukuran manusia dan diberi baju zirah peperangan.

Setelah Pembantaian Munich pada 1972 dengan korban 11 atlet Israel, Pasukan Pertahanan Israel (Israel Defence Force, IDF) merencanakan balasan setahun kemudian dengan mengirimkan pasukan komando yang berpura-pura sebagai pasangan-pasangan kekasih pria dan wanita bergandengan tangan melewati pos-pos penjagaan.

Salah satu anggota pasukan yang menyamar menjadi wanita adalah Ehud Barak yang belakangan hari menjadi Menteri Pertahanan dan Perdana Menteri Israel. Penyamaran menewaskan 3 petinggi PLO.

Selama Perang Dunia I dan Perang Dunia II, ada berbagai cara yang dipakai untuk menyerang maupun menyelamatkan diri dari pihak musuh seperti diringkas dari toptenz.net pada Kamis (13/7/2017) berikut ini:

1. Pulau Mengapung

HNLMS Abraham Crijnssen sewaktu menyamar menjadi pulau mengapung pada Perang Dunia II dan ketika sandar di museum pada 2011. (Sumber Wikimedia Commons)

Pada 27 Februari 1942, pasukan gabungan angkatan laut Amerika Serikat, Inggris, Belanda, dan Australia dihajar habis-habisan oleh pasukan Jepang dalam Perang Laut Jawa sehingga Belanda kehilangan kekuasaan atas Hindia Timur.

Hari-hari berikutnya pesawat pembom Jepang memburu kapal-kapal Sekutu yang menarik diri dari pertempuran, termasuk HNLMS Abraham Crijnssen milik Belanda, kapal penyapu ranjau yang bergerak perlahan dalam upaya menuju Australia.

Karena kegencaran dan keganasan serangan pihak Jepang, satu-satunya cara menyelamatkan diri harus dilakukan secara cerdas. Kapal berawak 45 orang itu sandar di salah satu dari sekian banyaknya pulau di Indonesia.

Para awak turun ke darat dan menebangi sebanyak mungkin pohon yang sanggup dibawa dalam kapal. Batang-batang pohon itu disusun seperti hutan lebat dan kanopi kapal diwarnai seperti tebing terjal.

Tentu saja penyamaran itu belum cukup jika kapal itu bergerak di lautan. Jadi mereka bergerak menyusur pantai dan menunggu malam tiba, pulau demi pulau, hari demi hari, mendekati Australia.

Semua itu dijalani selama 8 hari hingga kapal penyapu ranjau Belanda itu akhirnya tiba di Australia dan bergabung dengan pasukan Sekutu di sana.

2. Pohon-pohon Palsu

Ilustrasi pohon palsu tempat pengintaian dalam Perang Dunia I. (Sumber East Sussex)

Dari semua perang yang pernah melanda planet ini dan membenturkan manusia dengan manusia lain, Perang Dunia I berlangsung mengerikan --yang ditandai dengan teknologi-teknologi baru seperti tank, kawat berduri, artileri canggih, dan senjata kimia.

Medan tempur menjadi neraka di Bumi bagi mereka yang ada di dalamnya. Perang itu juga menjadi perang habis-habisan dengan berkilometer parit perlindungan dan kawasan-kawasan tanah tak bertuan di antara dua sistem parit yang bermusuhan.

Dalam beberapa kasus, tanah tak bertuan sedemikian lebarnya sehingga pihak yang bermusuhan sama sekali tidak mengetahui apa yang dilakukan pihak lawan. Demi meraih keunggulan, pihak Prancis menjadi yang pertama menggunakan benda yang tersedia di medan tempur, tapi tidak terlalu menarik perhatian.

Pihak Prancis menggunakan batangan-batangan pohon yang terkena ledakan. Dari jauh, mereka memilih yang terdekat dengan garis pertahanan musuh dan cermat mengambil foto, mengukur, dan membuat sketsa gambar pohon itu agar bisa membuat tiruan yang sempurna.

Tiruan itu nyaris sama betul ukuran, cabang, dan hal-hal kecilnya. Pohon tiruan itu terbuat dari logam yang kosong di tengahnya, lalu dilengkapi dengan susunan anak tangga kecil hingga hampir ke puncak.

Di puncak pohon palsu itu ada kursi lipat dan beberapa lubang intip yang disamarkan sehingga mereka bisa mengamati pergerakan pasukan musuh. Tantangannya terletak pada upaya membawanya ke lokasi pohon sebenarnya dan menggantinya dengan pohon pengintaian tersebut.

Di bawah kegelapan dan hujan tembakan senapan mesin dan artileri, dibantu dengan gerakan pengalihan lain, suatu tim zeni mencabut pohon asli dari Tanah Tak Bertuan lalu menanam pohon pengintaian itu.

Jika semua berjalan lancar dan musuh tidak mengetahui pergantian itu, maka seorang prajurit bertubuh mungil mengendap-endap masuk ke lubang kecil di dasar pohon, memanjat ke puncak, dan mengamati musuh. Informasi yang diperoleh dibawa kembali ke markas pada keesokan harinya. Tapi peran itu sungguh-sungguh tidak nyaman.

Dua pihak yang berperang menggunakan pohon pengintaian selama perang.

3. Menggertak di Belgrade

Kapten Fritz Klingenberg di sebelah kanan foto. (Sumber Bundesarchiv)

Gertakan biasanya menjadi suatu ketrampilan yang digunakan dalam permainan poker. Ternyata, gertakan juga bisa menjadi cara merebut suatu kota seperti yang dilakukan oleh seorang kapten Jerman dalam Perang Dunia II bernama Fritz Klingenberg.

Atasannya menyebut si kapten sebagai "cerdas tapi keras kepala, setia tapi berani mengkoreksi atasan, bertahan di bawah tekanan, tapi cukup angkuh seakan membandel."

Pada tahun-tahun awal peperangan, ketika Jerman sedang ekspansi penuh, Klingenberg memimpin kesatuan pengintaian bermotor yang bertugas mengumpulkan informasi awal.

Ketika mendekati Belgrade, ibukota Yugoslavia, kapten berusia 26 tahun itu bermaksud menyeberangi sungai Danube bersama dengan 6 anggotanya dan mendekat ke kota yang telah 4 hari lamanya dihajar pemboman Jerman sehingga kebanyakan pejabat Serbia di sana sudah mengungsi.

Pasukan pengintaian itu membajak sejumlah kendaraan, menolong seorang turis Jerman yang nyaris dihukum mati, dan masuk ke Belgrade tanpa perlawanan berarti.

Ia kemudian mengganti bendera Yugoslavia di beberapa gedung dengan bendera Nazi, lalu memerintahkan anak buahnya melakukan patroli menggunakan kendaraan curian sehingga kota itu seakan-akan berada di bawah kekuasaan Jerman.

Ketika ditantang oleh walikota dan beberapa pejabat yang masih ada di kota, Klingenberg mengaku bahwa ia bertanggungjawab atas tim dengan beberapa divisi tank SS dan bersikeras bahwa Belgrade sekarang berada di bawah kendali Nazi.

Ia juga mengatakan kepada sang walikota bahwa ia perlu menghubungi kesatuannya melalui radio. Jika tidak, Angkatan Udara Jerman akan terus membom kota itu dan diikuti oleh serangan besar artileri darat.

Sang walikota sempat tidak percaya, tapi saat itu sekelompok pesawat pengintai Jerman terbang di atas kota. Kapten itu kemudian menunjuk ke udara sehingga sang walikota segera menurut dan memulai persiapan menyerah.

Bahkan pasukan Nazi pun awalnya tidak percaya pesan radio dari Klingenberg dan menduga kapten itu ditangkap, disiksa, dan dipaksa menjebak pasukan Jerman agar disergap. Namun demikian, kapten itu sebenarnya berhasil menangkap 1.300 tentara Serbia dan 200 ribu warga hanya bersama segelintir pasukan dan tanpa satu pun tembakan.

4. Pengiriman Bantuan kepada Musuh

SS Obersturmbannführer Otto Skorzeny sedang memeriksa pasukan. (Sumber Bundesarchiv)

Operasi militer yang dikenal sebagai Operasi Scherhorn sebanarnya adalah tipuan cerdas pihak Soviet yang berhasil meyakinkan pucuk pimpinan Nazi di Berlin agar secara teratur mengirim pasokan selama hampir setahun dari Agustus 1944 hinga Mei 1945.

Operasi itu digagas oleh Stalin sendiri dan dijalankan oleh Komisaris Rakyat Urusan Dalam Negeri, NKVD. Dengan cerdik, pihak Soviet berhasil meyakinkan pihak Nazi tentang 2.500 pasukan Jerman yang terjebak di belakang garis pertahanan musuh di kawasan yang sekarang ada di Belarus.

Dengan bantuan Letnan Kolonel Heinrich Scherhorn, seorang tawanan perang yang dipaksa ikut serta, pihak Soviet menjalankan rencana mereka. Scherhorn menghubungi Berlin dan menceritakan tentang situasi serta lokasi. Ia kemudian meminta bantuan.

Pada awalnya, pihak Nazi menduga itu sebagai jebakan tapi kemudian setuju dan mengirimkan pasukan kecil komando untuk menyelamatkan mereka. Namun kesatuan komando itu tertangkap. Beberapa kali diulang, tapi pasukan Rusia selalu muncul dan menghentikan operasi penyelamatan.

Pucuk komando Jerman kemudian memutuskan menghentikan upaya penyelamatan berikutnya dan memilih menjatuhkan tugas pasokan secara teratur di bawah tanggungjawab Otto Skorzeny.

Yang menarik, walaupun pihak Nazi kemudian terpojok dan dikepung pasukan Sekutu dari segala arah, mereka masih terus mengirimkan pasokan kepada Scherhorn dan pasukannya.

Bukan hanya itu, karena keberanian dan keteguhannya di kala sengsara, Scherhorn malah dianggap sebagai pahlaman nasional dan dianugerahi Ritterkreuz, lencana penghargaan tertinggi militer Jerman saat Perang Dunia II.

5. Hewan-Hewan dalam Perang Dunia I

Ilustrasi hewan-hewan yang mati dalam Perang Dunia I. (Sumber Library of Congress)

Perang Dunia I menjadi konflik besar pertama yang menghadirkan begitu banyak inovasi ke medan tempur dan mensyaratkan improvisasi. Jadi, selain pohon palsu untuk pengintaian, ada beberapa kasus penggunaan sosok hewan palsu berbahan kertas yang disusupkan di timbunan bangkai kuda yang berserakan di mana-mana.

Dari dalam kuda palsu itu, pasukan bisa mengintai dan melaporkan pergerakan musuh kepada pangkalan. Demikian juga ketika ada hujan peluru artileri atau yang sejenisnya, mereka juga menggunakan suasana kacau itu untuk mengintai musuh.

Di front Afrika bahkan ada kasus-kasus ketika kuda poni diwarnai seperti zebra agar tidak menarik perhatian musuh dan terhindar dari kecurigaan.

Yang paling banyak akal adalah ketika para prajurit bertempur di laut. Misalnya, ada upaya melatih singa laut mengkaitkan keberadaan kapal selam dengan waktu makan. Dengan demikian, ketika ada kapal selam, singa-singa laut akan mengerumuninya dan menguak lokasi kapal selam.

Teknik tersebut tidak terlalu bermanfaat karena cukup rumit melacak seluruh singa laut yang bebas berenang di lepas pantai Inggris.

Ditambah lagi dengan gagasan mewarnai singa laut menggunakan cat yang berpendar di kegelapan agar bisa menemukan kapal selam di waktu malam, tapi tidak terlalu berhasil.

Ada juga upaya melatih burung-burung camar agar membuang tinja pada periskop kapal selam musuh. Ya, sungguh benar ada upaya seperti itu.

6. Q-Ships, Kapal Misterius Perang Dunia I

HMS Tamarisk, salah satu kapal penyamaran Angkatan Laut Inggris untuk memburu U-boat. (Sumber Wikimedia Commons)

Pertempuran laut selama Perang Dunia I juga amat berubah, terutama dengan hadirnya kapal selam. U-boat milik Jerman terkenal dan menjadi ancaman serius terutama bagi kapal dagang Sekutu yang membawa pasokan dari Amerika, Kanada, atau Imperium Inggris ke Inggris.

Untuk melawan ancaman tersembunyi itu, pihak Inggris menugaskan Q-ships, atau kapal samaran, yang biasanya berukuran lebih kecil. Sengaja dibuat demikian karena kapal selam Jerman biasanya mengandalkan tembakan dari permukaan untuk menyerang kapal kecil demi menghemat torpedo bagi kapal-kapal besar.

Ketika berada di bawah air, U-boat memang hampir tidak bisa dikalahkan. Tapi, ketika berada di permukaan, kapal selam itu menjadi rentan. Itulah alasan Inggris memandang perlunya Q-ship dipersenjatai secara kasat mata demi keunggulan dalam perang.

Agar berhasil, para awak dan kapal itu sendiri harus ikut berperan seperti bagian dari armada kapal dagang. Penyamarannya dilakukan secara rumit, baik pada kapal maupun awaknya. Kapal-kapal juga diganti namanya hampir setiap kali melaut.

Beberapa pelaut dipakaikan pakaian wanita dan memainkan peran saat sedang diintai oleh kapal selam Jerman agar mereka seakan sedang pesiar. Ketika U-boat naik ke permukaan, setengah awaknya akan pura-pura panic dan berhamburan ke sekoci sementara setengah lainnya bersiap dengan meriam mereka yang tersembunyi.

Ketika U-boat masuk dalam jangkauan tembak, mereka mulai menembak dan terkadang menghancurkan musuh. Teknik itu cukup berhasil, setidaknya di awal peperangan. Setelah beberapa saat, pihak Jerman menyadari hal itu dan mengganti strategi.

7. Rokok Opium

Ilustrasi bungkus rokok tentara Inggris pada Perang Dunia I. (Sumber Pinterest)

Pada 1917, selama Kampanye Sinai dan Palestina dalam Perang Dunia I, pihak Inggris berperang dengan Kekaisaran Ottoman di kawasan itu dan juga pendudukan Yerusalem.

Selama beberapa bulan lamanya, pihak Ottoman terus-menerus dibombardir sehingga mereka mulai terasing dan pasokannya menipis. Pihak menjatuhkan paket-paket berisi rokok dan bahan propaganda yang menganjurkan pihak Turki agar berhenti bertempur.

Anjuran itu gagal, tapi pihak Turki menjadi terbiasa melihat rokok bertebaran di medan tempur. Suatu saat sebelum pihak Inggris melakukan serangan ke kota Beersheba, mereka mengirimkan lagi rokok-rokok bagi pihak Ottoman.

Tapi, saat itu, rokok-rokok yang dikirimkan ditambahi dengan opium bermutu tinggi dalam jumlah besar. Rokok-rokok itu melumpuhkan pasukan Turki dan pertempuran dimenangkan oleh pihak Inggris.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya