Liputan6.com, New York - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan, keputusannya untuk meninggalkan jumlah kecil pasukan AS di Suriah tidak berarti membatalkan rencananya menarik pasukan Amerika dari sana.
"Saya tidak membatalkan rencana," kata Donald Trump kepada wartawan di Gedung Putih, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Minggu (24/2/2019).
Advertisement
Baca Juga
"Hanya sejumlah kecil dari pasukan itu yang ditugaskan di sana," tambahnya, merujuk pada lebih dari 2.000 pasukan Amerika yang ada di Suriah mendukung pasukan Kurdi memerangi sisa-sisa negara Islam ISIS.
Beberapa pejabat pemerintah mengatakan yang akan tinggal di Suriah hanya beberapa ratus selebihnya bakal ditarik.
Menurut seorang pejabat tinggi pertahanan kepada VOA, yang tinggal itu akan membantu mencegah ISIS bangkit lagi.
Asumsinya, katanya, yang tinggal itu akan menjadi bagian dari pasukan internasional pemelihara perdamaian.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Truk-Truk Sipil Terlihat Tinggalkan Kantong ISIS
Truk-truk yang mengangkut warga sipil, Jumat (22/2) terlihat meninggalkan desa Suriah timur, Baghouz, kantong terakhir yang tersisa dari kekhalifahan yang dinyatakan oleh kelompok teror Negara Islam itu.
Tidak segera jelas berapa jumlah warga sipil yang masih berada di daerah terpencil dekat perbatasan Irak itu.
Kantor berita Associated Press melaporkan konvoi truk itu dikawal oleh truk-truk pick-up yang dipasangi dengan senjata milik Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung oleh Amerika.
Pesawat-pesawat tempur koalisi melancarkan serangan udara hari Kamis terhadap Baghouz, setelah upaya untuk mengevakuasi warga sipil terhenti.
Serangan itu, yang disertai dengan tembakan artileri, menarget pinggiran Baghuz sehari setelah 2.000 warga sipil dievakuasi dari daerah itu.
Adnan Afrin, seorang komandan Pasukan Demokratik Suriah, mengatakan kepada VOA, "serangan itu menimbulkan kekacauan di antara para teroris ISIS dan memberikan kesempatan kepada sebagian warga sipil yang berada dalam tahanan mereka untuk melarikan diri."
Serangan tersebut memungkinkan ratusan warga sipil untuk melarikan diri dari kantong ISIS itu dengan berjalan kaki dan sebagian petempur ditahan, tambah Adnan Afrin.
Advertisement