Liputan6.com, London - 26 orang ditangkap di Belgia dan Prancis dalam operasi terkait kematian 39 migran Vietnam di sebuah truk di Inggris pada tahun 2019 lalu.
Sebuah laporan dari Inggris menemukan bahwa para migran semuanya meninggal akibat asfiksia dan hipotermia.
Mengutip laporan BBC, Kamis (28/5/2020), 13 orang, termasuk warga negara Maroko dan Vietnam, ditahan di Brussels sedangkan 13 lainnya ditahan di Paris.
Advertisement
Jaksa Belgia mengatakan para tersangka mungkin "mengangkut sejumlah orang setiap harinya selama beberapa bulan".
Baca Juga
Jaringan penyelundupan, dicurigai menjadi motif dibalik kematian para migran tersebut.
Namun, Polisi Essex, yang dikutip oleh penyiar publik Irlandia RTÉ, kemudian mengatakan penangkapan itu tidak terkait langsung dengan penyelidikannya.
Badan Kerjasama Keadilan Pidana UE (Eurojust) mengatakan polisi telah melakukan serangan lintas-perbatasan pada Selasa pagi dalam operasi yang melibatkan empat negara yakni Inggris, Prancis, Belgia dan Irlandia bersama dengan Europol.
Sejumlah orang sebelumnya telah ditangkap sehubungan dengan kematian tersebut, termasuk beberapa yang berada di Vietnam.
Sedangkan sang pengemudi truk, Maurice Robinson, telah mengaku bersalah pada bulan lalu atas 39 tuduhan pembunuhan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:
Persidangan pada Oktober Mendatang
Pada sidang yang sama di Old Bailey di London, seorang terdakwa bernama Gheorghe Nica membantah 39 tuduhan pembunuhan yang dijatuhkan kepadanya. Sementara, tiga pria lainnya yang didakwa dengan pelanggaran lain sehubungan dengan kematian tersebut juga muncul melalui tautan video.
Persidangan atas sisa tuduhan dijadwalkan akan dimulai pada 5 Oktober mendatang.
Kasus ini bermula ketika jasad warga Vietnam ditemukan di kawasan industri segera setelah truk tiba di Inggris dengan feri dari Zeebrugge di Belgia.
Di antara para pria, wanita dan anak-anak adalah 10 remaja, dua di antaranya merupakan anak laki-laki berusia 15 tahun.
Di antara mereka yang meninggal, salah satunya adalah Pham Thi Tra My, 26 tahun, yang mengirimi keluarganya pesan pada 22 Oktober mengatakan bahwa dia tidak bisa bernafas dan "perjalanannya ke negeri asing telah gagal".
Advertisement