8 Maret 1924: Tragedi Ledakan Pertambangan di Utah AS Tewaskan 172 Orang

8 Maret 1924, tepat 100 tahun lalu di Utah, Amerika Serikat terjadi ledakan di pertambangan batu bara di Castle Gate di wilayah Carbon dan Emery.

oleh Fitria Putri Jalinda diperbarui 08 Mar 2024, 06:00 WIB
Diterbitkan 08 Mar 2024, 06:00 WIB
Ilustrasi penambangan. (Freepik)
Ilustrasi penambangan. (Freepik)

Liputan6.com, Utah - 8 Maret 1924, tepat 100 tahun lalu di Utah, Amerika Serikat, terjadi ledakan di pertambangan batu bara di Castle Gate di wilayah Carbon dan Emery.

Ledakan tersebut menewaskan sekitar 172 orang, mengutip dari Upi.com. 

Sementara itu, menurut intermountainhistories.org, terdapat dua ledakan yang disebabkan oleh seseorang yang menyalakan karbon monoksida ketika hendak menyalakan lampu. 

Ledakan yang pertama, ketika seorang bos sedang menyelidiki gas metana di dekat ujung tambang.

Ketika lampunya padam, ia mencoba untuk menyalakan lampu itu kembali, nahas korek api yang ia gunakan justru menyulut gas yang akhirnya menyambar ke debu batu bara sehingga memicu ledakan besar. 

Mereka yang selamat dari ledakan pertama ini menyadari bahwa mereka terjebak dalam kegelapan karena ledakan tersebut juga membuat lampu mereka padam. 

Sayangnya ketika para penyintas ini mencoba kembali untuk menyalakan lampu, mereka malah memicu ledakan kedua. 

Tidak ada pekerja di tambang yang selamat dari ledakan tersebut, mengutip dari uen.org. Berikut daftar korban jiwa dalam petaka tersebut:

  • 49 orang Yunani
  • 22 orang Italia
  • 8 orang Jepang
  • 7 orang Inggris
  • 6 orang Austria
  • 2 orang Skotlandia
  • 1 orang Belgia
  • 76 orang Amerika
  • 2 orang keturunan Afro-Amerika

Gubernur pada saat itu, Charles R. Mabey membentuk sebuah komite untuk mendistribusikan $132.444,13 atau sekitar Rp2,7 miliar yang dikumpulkan untuk membantu 417 orang yang kehilangan setelah bencana tersebut.

Komite tersebut mempekerjakan salah satu perkerja sosial pertama di negara tersebut, Annie D. Palmer untuk menilai kebutuhan dan menyalurkan dana kepada keluarga korban.

 

 

Proses Evakuasi

Ilustrasi pertambangan
Ilustrasi pertambangan. (dok MIND ID/Liputan6.com)

Petugas penyelamat menghadapi tantangan berat ketika mereka mencoba untuk masuk ke dalam tambang tersebut untuk mencari korban selamat. 

Lorong tambang tersebut tertutup oleh puing-puing dan rusak parah sehingga membuat petugas penyelamat kesulitan untuk menemukan jalan dan memperlambat kinerja mereka.

Tambang tersebut juga dipenuhi gas yang berbahaya jika terhirup oleh manusia.

Salah seorang penyelamat meninggal ketika yang lainnya tidak sengaja menjatuhkan masker oksigen miliknya, dalam beberapa menit dia menghirup terlalu banyak gas dan tewas, mengutip dari intermountainhistories.org.

Ketika para petugas penyelamat berhasil menemukan mayat-mayat korban, banyak di antara mereka yang mengalami luka bakar parah.

Banyaknya korban dari bencana tersebut, jenazah dikuburkan segera setelah diidentifikasi. 

Sebagian besar korban adalah seorang laki-laki yang sudah menikah dan mempunyai anak. 

Meskipun keluarga korban diberi kompensasi, banyak dari mereka yang memutuskan untuk meninggalkan Castle Gate dan tinggal bersama kerabat lainnya. 

Sementara itu mereka yang tetap bertahan di Castle Gate, menerima bantuan berupa pakaian, makanan, dan apa pun yang mungkin dibutuhkan oleh keluarga tersebut. 

Kembali Dibuka

Ilustrasi tambang logam
Ilustrasi tambang logam. (Image by macrovector on Freepik)

Tambang tersebut akhirnya kembali dibuka dengan peningkatan keamanan.

Pemilik tambang tersebut, The Utah Fuel Company atau Perusahaan Bahan bakar Utah, bertemu degan pemerintah negara bagian untuk meninjau undang-undang keselamatan dan membuat amandemen serta resolusi baru untuk membuat tambang lebih aman.

Hal ini termasuk ke pendanaan yang lebih besar untuk para pengawas tambang, mandat untuk membersihkan debu yang dihasilkan dari penambangan batu, melarang pemindahan gas metana saat pekerja bekerja di tambang, dan mewajibkan pembersihan debu batu bara di ruangan-ruangan yang ditinggalkan.

Meskipun prosedur-prosedur baru ini tidak sepenuhnya menghentikan bencana-bencana lain, prosedur baru ini sangat meningkatkan keselamatan pertambangan. 

 

Kejadian Serupa di Turki

Orang-orang berkumpul di luar tambang batu bara setelah ledakan di Amasra, di Provinsi Bartin, Turki, pada 15 Oktober 2022. (AFP)
Orang-orang berkumpul di luar tambang batu bara setelah ledakan di Amasra, di Provinsi Bartin, Turki, pada 15 Oktober 2022. (AFP)

Kejadian serupa juga pernah terjadi di tambang batu bara di Turki yang menewaskan 28 orang dan puluhan lainnya terjebak pada tahun 2022.

Sekitar 110 orang berada di tambang pada saat ledakan pada hari Jumat, hampir setengah dari mereka berada di kedalaman lebih dari 300 meter, demikian seperti dikutip dari BBC, Sabtu (15/10/2022).

Kru darurat bekerja sepanjang malam, menggali batu untuk mencoba menjangkau lebih banyak orang yang selamat.

Ledakan tersebut diperkirakan terjadi di kedalaman sekitar 300 meter. Sekitar 49 orang bekerja di zona "berisiko" antara 300 dan 350 m (985 hingga 1.150 kaki) di bawah tanah, kata Menteri Dalam Negeri Suleyman Soylu.

"Ada orang-orang yang tidak dapat kami evakuasi dari daerah itu," kata Soylu kepada wartawan di tempat kejadian. 

Hal ini menyebabkan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan diperkirakan akan mengunjungi situs tersebut pada hari Sabtu.

Infografis Misi Penyelamatan Pilot Susi Air dari Sandera KKB Papua. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Misi Penyelamatan Pilot Susi Air dari Sandera KKB Papua. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya