Perempuan China Terakhir Berkaki Remuk Mirip `Lotus`

Kaki yang kecil dianggap simbol kesejahteraan dan kecantikan, modal untuk menikahi pria kaya.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 24 Sep 2013, 21:24 WIB
Diterbitkan 24 Sep 2013, 21:24 WIB
perempuan-kaki-diikat130924c.jpg
Han Qiaoni berusia 102 tahun. Ia adalah satu dari sedikit perempuan China yang memiliki kaki diikat sedemikian rupa hingga bentuknya kecil dan mirip bunga 'lotus'.

Nenek asal Desa Yuxian di sebelah utara Shanxi itu punya kaki yang rusak akibat diikat, sejak ia berusia 2 tahun.

Nenek Han menceritakan, ibunya menggunakan kain panjang untuk membebat kaki mungilnya, kecuali jempol, sehingga telapak kakinya menekuk dan menempel dengan telapak kaki. Butuh waktu 6 bulan agar ia bisa berjalan normal dan terbiasa dengan rasa sakitnya.

Jutaan perempuan China diikat kakinya agar menjadi "bunga teratai emas 3 inci" atau 'San Cun Jin Lian'. Dulu, memiliki kaki yang kecil dianggap simbol kecantikan, juga status. Kadang itu jadi satu-satunya modal bagi seorang perempuan untuk menikah dengan pria kaya.

Footbinding bertujuan untuk menghentikan pertumbuhan kaki sehingga tidak akan tumbuh lebih dari 3-4 inci.

Sebuah kaki dengan ukuran sempurna tiga inci disebut 'lotus emas' sementara empat inci dianggap perak. Makin kecil kaki, makin dianggap cantik, dan jadi simbol kebanggaan suami dan keluarga. 

Praktik menyiksa ini kali pertama dilarang pada 1912, namun sejumlah keluarga mengikat kaki anak-anaknya secara rahasia.

Kaki dibebat saat anak-anak, sejak usia 2 tahun, karena kaki mungil mereka mudah dibengkokkan dan dibentuk. Ritual tersebut dimulai dengan memotong kuku, merendam kaki dalam air hangat -- campuran darah binatang dan herbal -- untuk melunakkan jaringan dan tulang.

Setelah dipijat dan disiram dengan tawas, semua jari kecuali jempol, dilipat paksa dan dibengkokkan ke telapak bagian bawah. Dibebat dengan kain sutra atau katun.

Kain pengikat akan diganti tiap 2 hari, untuk dicuci agar mencegah infeksi. Lalu setelah kering cepat-cepat dibebatkan lagi jauh lebih erat dari sebelumnya. Para gadis yang kakinya diikat dipaksa jalan menempuk jarak lumayan jauh, supaya berat tubuh mereka meremukkan kaki hingga ke bentuk yang diinginkan.

Sejarah Footbinding



Catatan sejarah menyebut, tradisi membebat kaki bermula dari Dinasti Song, antara tahun 960-1279 Masehi. Kaisar Li Yu, yang memerintah antara tahun 961-975 konon jatuh cinta pada seorang penari yang membebat kakinya, sehingga bentuknya mirip bulan baru, yang menarikan 'tarian lotus'.

Dinasti demi dinasti kemudian, membebat dan mengikat kaki menjadi populer, bahkan berasosiasi dengan kesejahteraan dan kecantikan. Para gadis desa merasa perlu mengecilkan kakinya dengan paksa demi menikahi pria kaya.

Komite anti-footbinding kali pertama dibentuk di Shanghai oleh para pendeta Inggris tahun 1874. Namun, baru pada 1912 praktik seperti ini resmi dilarang saat kejatuhan Dinasti Qing, dan pada 1915 inspektur bisa mengenakan denda pada siapapun yang melakukannya.

Diyakini, sekitar 40 sampai 50 persen perempuan China mengikat kakinya selama abad ke-19, terutama mereka dari kalangan atas. Meski dilarang, mereka terus melakukannya, meski diam-diam.

Baru ketika komunis berkuasa pada 1949, praktik footbinding dilarang keras. (Ein)

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya