Buaya Tanpa Kepala...3 Misteri Jejak Hewan di Makam Kuno Mesir

Banyak temuan pengubah sejarah dalam beberapa kuburan Mesir Kuno di tepi sungai Nil, jejak hewan pun ditemukan di sana.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 15 Jul 2017, 19:48 WIB
Diterbitkan 15 Jul 2017, 19:48 WIB
Uji DNA Mesir Kuno (0)
Ilustrasi mumi Mesir Kuno. (Sumber bpk/Aegyptisches Museum und Papyrussammlung dan SMB/Sandra Steiss)

Liputan6.com, Jakarta - Sungai Nil seringkali disebut sebagai sungai terpanjang di dunia yang mengalir melewati 11 negara. Sungai purba itu telah melewati beberapa peradaban.

Banyak pertempuran terjadi di tepi-tepinya. Banyak temuan pengubah sejarah dari beberapa kuburan di sana, tapi tak semuanya bisa dijelaskan.

Salah satunya seperti dikutip dari Listverse.com pada Sabtu (15/7/2017), yakni temuan para ahli arkeologi pada 2015 di Armana berupa kuburan para buruh yang semasa hidup diduga menderita karena kerja berat, kekurangan makan, dan cedera.

Lainnya temuan berupa kerangka penuh cedera milik beberapa anak dan remaja -- lelaki dan perempuan -- berusia 7 hingga 15 tahun. Yang tertua berusia 25.

Jasad-jasad mereka diduga kuat dilempar begitu saja dalam liang lahat. Sejumlah pakar menduga mereka adalah para budak sehingga diperlakukan seperti komoditi. Mereka berasal dari beragam latar belakang.

Selain itu ada pula temuan 40 makam wanita dan anak-anak keluarga para awak kapal Laksamana Muda Horatio Nelson dari Inggris , saat konfrontasi dengan Prancis pada 1798.

Walaupun ada hukum kelautan yang melarang membawa keluarga, segelintir perwira membawa keluarganya berlayar. Ketika bertempur, para anggota keluarga diperbantukan, misalnya untuk membantu mengisi mesiu ke dalam meriam -- seperti dijelaskan dalam catatan harian pelaut bernama John Nicoles.

Tidak ada wanita yang dapat diidentifikasi, tapi ada satu peti mati yang memiliki besi berukir huruf "G", yang mungkin berkaitan dengan seorang wanita Skotlandia di kapal HMS Goliath atau 2 wanita lain yang ada dalam buku catatan tugas Angkatan Laut.

Selain temuan kerangka manusia, ada pula 'jejak 'hewan yang ditemukan di dekat Sungai Nil. Berikut ini ulasannya:

1. Kucing Peliharaan

Ilustrasi kucing di sarkofagus Pangeran Thutmose. (Sumber Wikimedia Commons)

Bangsa Mesir Kuno mendapatkan sanjungan karena menjinakkan kucing, ketika ditemukan karya seni dari tahun 1950 Sebelum Masehi berisi gambar kucing di bawah meja. Pada 2004, kehormatan itu beralih ke Siprus saat didapati kuburan manusia yang menyertakan kucing berusia 9.500 tahun.

Gelar itu boleh beralih, tapi penelitian genetik mengungkap bahwa bangsa Mesir bekerja keras untuk mengembangkan kepribadian kucing yang menggemaskan.

Empat tahun setelah temuan di Siprus, ditemukan kuburan di tepi barat sungai Nil dan berisi hewan-hewan yang usianya 3.500 tahun lebih muda. Pengujian pada kucing-kucing Nil dan 200 tempat lainnya menengarai bahwa bangsa Mesir lah yang berjasa mengubah makhluk liar pemburu tikus menjadi hewan kesayangan.

Kucing-kucing itu pertama kali datang dari Mesir sebagai hewan malam yang liar dan menyelinap di pemukiman-pemukiman manusia sekitar 10 ribu tahun lalu. Mereka membawa mitokondria A, sedangkan jenis C hadir di Mesir ribuan tahun sesudahnya.

Tapi, pada milenium pertama Masehi, kucing jenis C berhasil menyebar sehingga mencapai populasi kucing dengan perbandingan 2 kucing jenis A untuk setiap 1 kucing jenis C. Para pakar menduga kucing C tetap bersifat liar sehingga orang lebih menyenangi kucing dengan mitokondria jenis A.

Dokumen seni Mesir Kuno mengungkapkan bahwa kucing-kucing itu memang sengaja dijinakkan agar menjadi hewan peliharaan yang menyenangkan.

2. Buaya Tanpa Kepala

Temuan kerangka buaya tak berkepala di kuburan Mesir Kuno. (Sumber Gebel el-Silsila Project)

Pada 2015, sebuah nekropolis berisi para buruh dan keluarga mereka digali di Gebel el-Silsila. Situs itu bersisi tambang batu di dua sisi sungai Nil dekat Aswan dan menjadi penghasil bahan bangunan sekitar 3.400 tahun lalu.

Analisis pada kerangka-kerangka memberikan informasi biasa saja, yaitu bahwa penduduk itu tinggal di sekitar tambang dan dalam keadaan sehat. Tapi kuburan-kuburan itu juga memiliki benda aneh yang menyertainya.

Ada suatu ruang tersembunyi berisi sisa-sisa domba dan kambing, dengan seekor buaya yang menjaga bagian depannya. Buaya dewasa itu diduga mati karena sebab alamiah di depan ruang yang diduga menjadi tempat suci. Tapi kemudian ditemukan satu reptil lagi.

Dua buaya itu memang tidak berdekatan, tapi ada tanda-tanda bahwa mereka ditempatkan dalam kuburan setelah mati. Keduanya ada dalam posisi serupa dan tanpa kepala. Buaya yang di alur masuk menghadap ke utara dan yang ke dua menghadap ke selatan.

Untuk diketahui, Dewa Pelindung Gebel el-Silsila adalah Sobek, dewa buaya.

Ada lagi temuan yang tidak biasa, yaitu dua balita. Mereka dikuburkan dengan hati-hati, tapi terletak jauh dari makam lain.

3. Luwak dengan Tali Kekang?

Lukisan seorang pemburu menuntun anjing dan hewan lain yang diduga sebagai luwak Mesir. (Sumber Australian Center for Egyptology, Macquarie University/Linda Evans)

Baru-baru ini, suatu tim dari Kementerian Kepurbakalaan Mesir memutuskan untuk memeriksa kuburan berusia 4.000 tahun di Beni Hassan, yang dibangun di sisi timur sungai. Situs itu pertama kalinya ditemukan ahli arkeologi Percy Newberry sekitar 100 tahun lalu.

Ia menemukan sesuatu yang tidak dikenal sehingga para pakar waktu itu belum sepakat dengan naluri Newberry. Di suatu dindingnya terdapat lukisan seorang pria sedang berjalan dengan 2 hewan yang keduanya diikat.

Seekor hewan yang diduga anjing hanya samar-samar dikenali. Newberry menduga bahwa satu hewan lagi adalah luwak.

Para peneliti modern yang membantu renovasi memiliki pandangan berbeda dari rekan-rekan sejawat Newberry. Mereka mengamati bahwa makhluk dalam gambar secara proporsional identik dengan luwak Mesir yang walaupun tidak pernah benar-benar dijinakkan, jelas-jelas diikat kekang.

Penjelasannya mungkin ada pada anjing yang termasuk jenis pemburu dalam gambar, dan juga keberadaan burung-burung dan seorang pemburu. Luwak itu diduga dipakai untuk menakuti burung-burung agar keluar dari persembunyiannya.

Apapun alasannya, pemandangan itu unik bagi seni Mesir Kuno. Namun demikian, tidak jelas mengapa lukisan itu dipandang layak bagi orang meninggal yang ada dalam kuburan tersebut, yaitu seorang gubernur provinsi bernama Baqet I.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya