Liputan6.com, Jakarta - Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi membuka International Conference on Digital Diplomacy (ICDD) 2021 secara virtual pada Selasa (16/11/2021).
Dalam pemaparannya, Retno Marsudi menyampaikan bahwa dalam waktu hampir dua tahun, dunia sangat dihadapkan dengan tantangan selama pandemi COVID-19.
Advertisement
Baca Juga
"Dunia kita hari ini berbeda dari dua tahun lalu. Ketika kami menyelenggarakan konferensi regional dengan tema yang sama," kata Retno Marsudi dalam siaran live streaming di akun Kemlu RI.
"Pandemi telah mengubah cara kita melakukan diplomasi, dan memaksa kita untuk lebih mengandalkan teknologi. Sejujurnya, kita semua telah menggunakan diplomasi digital selama beberapa waktu meskipun sebagian besar sebagai sarana diplomasi publik," tambahnya.
Meski begitu Retno mengatakan bahwa diplomasi virtual yang dijalankan ini telah terbukti manfaatnya.
"Sekarang, para pemimpin dunia tidak perlu melakukan perjalanan untuk menghadiri pertemuan. Mereka dapat mengirim pidato yang telah direkam sebelumnya atau menyampaikannya secara virtual."
"Dewan Keamanan PBB memilih resolusi dengan surat email. COVAX berhasil mengoordinasikan pengiriman hampir 450 juta dosis vaksin ke seluruh dunia tanpa melalui pertemuan fisik."
"Sementara di Indonesia, negosiasi online berujung pada finalisasi Indonesia-RoK CEPA dan Indonesia-Mozambik PTA."
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Diplomasi Langsung Tak Bisa Tergantikan
Terlepas dari semua nilainya, Retno Marsudi menyatakan bahwa diplomasi digital tidak dapat menggantikan diplomasi tatap muka. Namun diplomasi digital tetap ada dan kebutuhan akan itu akan terus meningkat.
"Penggunaan hibrida diplomasi langsung dan digital, akan menjadi norma baru setelah pandemi. Dan kita harus benar-benar siap untuk itu."
Hari ini saya ingin menyarankan tiga langkah penting untuk bergerak maju.
Advertisement