Liputan6.com, Washington - Dua jet tempur Amerika Serikat (AS) menembak jatuh sebuah objek di ketinggian di atas Alaska pada Jumat (10/2/2023) pagi.
Juru bicara Gedung Putih John Kirby mengatakan bahwa objek tak berawak itu seukuran mobil kecil dan terbang di atas wilayah jarang penduduk saat ditembak jatuh.
"Presiden Joe Biden memutuskan menembak jatuh objek tersebut, yang tidak diketahui asalnya," ungkap Kirby seperti dikutip dari BBC, Sabtu (11/2).
Advertisement
Kirby lebih lanjut menjelaskan bahwa objek tersebut terbang di Alaska dengan ketinggian 40.000 kaki dan menimbulkan ancaman yang masuk akal bagi pesawat sipil.
Objek tersebut jatuh ke perairan AS yang tengah membeku. Menurut Kirby, puing-puing dari objek tersebut jauh lebih kecil dibanding balon mata-mata China yang ditembak jatuh pekan lalu di lepas pantai South Carolina.
"Kami tidak tahu siapa pemiliknya, apakah itu milik negara atau perusahaan atau pribadi," ujar Kirby.
Objek misterius ini pertama kali terlihat pada Kamis (9/2) malam. Tidak disebutkan detail waktunya.
"Kami akan tetap waspada dengan wilayah udara kami," tegas Kirby. "Presiden melakukan kewajibannya untuk melindungi kepentingan keamanan nasional kami sebagai yang terpenting."
Akan Dianalisis
Sekretaris pers Pentagon Brigadir Jenderal Pat Ryder mengonfirmasi bahwa jet F-22, yang berbasis di Pangkalan Bersama Elmendorf-Richardson di Anchorage, menembak jatuh objek - yang bergerak dengan kecepatan yang tidak diketahui - dengan rudal sidewinder pada pukul 13.45 waktu setempat.
Ryder menuturkan, sejumlah besar puing telah ditemukan sejauh ini.
"Itu sedang dimuat ke kapal dan dibawa ke laboratorium untuk analisis selanjutnya," tambahnya.
Para pejabat belum menentukan apakah objek yang bergerak ke timur laut itu terlibat dalam aktivitas mata-mata. Namun, Kirby mengoreksi seorang reporter yang menyebutnya sebagai balon.
Dia tidak merinci di mana tepatnya objek itu ditembak jatuh, tetapi Administrasi Penerbangan Federal mengatakan telah menutup sekitar 10 mil persegi wilayah udara AS di atas Deadhorse, Alaska utara, sebelum F-22 beraksi.
"Tidak ada objek lain yang bersifat mengancam telah diidentifikasi di atas AS saat ini," ujar Gedung Putih.
Kirby menambahkan objek itu tampaknya tidak memiliki kemampuan bermanuver seperti balon mata-mata China dan hampir mengikuti arah angin.
Advertisement
Ketegangan AS-China
Beberapa jam setelah AS menembak jatuh balon mata-mata China pada Sabtu (4/2), Menteri Pertahanan Lloyd Austin dilaporkan menelepon mitranya dari China melalui jalur krisis khusus.
Namun, panggilan tersebut tidak dijawab oleh Menteri Pertahanan China Wei Fenghe. Pejabat China kemudian menjelaskan alasan di balik penolakan tersebut.
"Tindakan AS (menembak jatuh balon mata-mata) secara serius melanggar norma-norma internasional dan menjadi preseden yang merusak," ujar juru bicara Kementerian China Tan Kefei pada Kamis malam.
"Mengingat bahwa pendekatan yang tidak bertanggung jawab dan sangat salah oleh AS ini tidak menciptakan suasana yang tepat untuk dialog dan pertukaran antara kedua militer, China tidak menerima proposal AS untuk panggilan telepon antara dua menteri pertahanan."
China sendiri bersikeras bahwa objek yang diduga balon mata-mata oleh AS itu adalah kapal udara sipil untuk kepentingan penelitian cuaca. Sementara pejabat AS mengonfirmasi pada Kamis bahwa balon mata-mata tersebut dilengkapi peralatan untuk pengawasan intelijen.