4 Juli 1940: Bom Teroris Meledak di New York World’s Fair, Beruntung Hanya 2 Orang Tewas

Respons kepolisian dalam mengatasi masalah ini dianggap kurang tanggap dan hingga sekarang, pelakunya konon belum ditemukan.

oleh Santi Rahayu diperbarui 04 Jul 2024, 06:00 WIB
Diterbitkan 04 Jul 2024, 06:00 WIB
Bom Teroris
Ilustrasi Foto Teroris (iStockphoto)

Liputan6.com, New York - Tepat hari ini 84 tahun yang lalu, pada Kamis, 4 Juli 1940 sekitar pukul 17.00 waktu setempat, ledakan bom terjadi di New York World's Fair di Flushing, Queens. 

Dalam insiden tersebut, dua detektif polisi New York City tewas seketika sementara lima orang lainnya terluka, termasuk dua yang mengalami luka kritis.

New York World’s Fair atau Pameran Dunia New York, yang berlangsung dari April 1939 hingga Oktober 1940 dan mengangkat tema "Building the World of Tomorrow," atau "Membangun Dunia di Masa Depan," berhasil menarik sekitar 45 juta pengunjung selama dua musimnya, menjadikannya acara paling banyak dikunjungi di paruh pertama abad ke-20.

Bom yang ditempatkan dalam satu tas kanvas kecil telah diambil dari paviliun Inggris satu setengah jam sebelumnya dan dibawa ke area terbuka di pinggiran lokasi pameran, seperti dikutip dari History, Kamis (4/7/2024).

Mencoba untuk memastikan apakah tas tersebut benar-benar berisi bom, seorang detektif memotong sedikit bagian dari tas tersebut, dan melihat batang-batang dinamit di dalamnya. Beberapa detik kemudian, bom itu meledak.

Seorang teknisi listrik di gedung tersebut pertama kali melihat tas pada Rabu (3/6/1940), mengasumsikan bahwa tas tersebut ditinggalkan oleh seorang pekerja. Namun, ketika melihatnya kembali pada Kamis sore, ia mendengar suara detakan samar. 

Menurut laporan dari New York Times, tas yang berdetak itu dibawa melalui gedung yang ramai menuju kantor bosnya.

Mereka membawanya ke kepala keamanan paviliun bersama-sama, yang kebetulan sedang berada di Ruang Magna Carta, tempat salinan dokumen bersejarah yang sangat berharga dipamerkan. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Respons yang Kurang Cepat

Bom Bunuh Diri di Pakistan
Ilustrasi polisi berjaga. (AP Photo/Muhammad Sajjad)

Setelah memanggil atasannya untuk mendengarkan suara berdetak tersebut, mereka memutuskan untuk segera menghubungi polisi.

Jika ditinjau kembali, kurangnya dorongan untuk segera bertindak saat itu sepertinya mengejutkan. Paviliun tersebut telah menerima ancaman bom anonim pada awal minggu dan polisi telah menugaskan detektif untuk menyebar di antara kerumunan pengunjung di sana. 

Selain itu, Inggris sedang berperang dengan Jerman dan Italia, yang masing-masing memiliki simpatisan, dan mungkin penyabot, di AS yang masih netral.

Dalam beberapa hari kemudian, polisi menanyai lebih dari 100 orang yang mungkin menjadi tersangka, termasuk anggota kelompok fasis dan pro-Nazi. 

Mereka juga mulai menyelidiki para pekerja di paviliun Inggris, dengan teori bahwa itu mungkin merupakan pekerjaan orang dalam. 

Wali Kota New York, Fiorello LaGuardia menawarkan hadiah sebesar $25.000 atau setara dengan Rp409 milliar yang pada saat itu merupakan jumlah besar, untuk informasi yang mengarah pada penangkapan dan penghukuman para pelaku.


Kasus Belum Terpecahkan

Ilustrasi ledakan bom (Sumber: Wikimedia Commons)
Ilustrasi ledakan bom (Sumber: Wikimedia Commons)

Dalam beberapa hari kemudian, polisi menanyai lebih dari 100 orang yang mungkin menjadi tersangka, termasuk anggota kelompok fasis dan orang-orang yang pro-Nazi. 

Mereka juga mulai menyelidiki para pekerja di paviliun Inggris, dengan teori bahwa itu mungkin merupakan pekerjaan orang dalam. 

Walikota New York, Fiorello LaGuardia menawarkan hadiah sebesar $25.000 atau setara dengan Rp409 juta yang pada saat itu merupakan jumlah yang cukup besar, untuk informasi yang mengarah pada penangkapan dan penghukuman para pelaku. 

Pada 10 Juli tahun itu, polisi mengumumkan bahwa mereka telah mengerahkan 1.500 detektif untuk menangani kasus ini.

Meski begitu, kasus ini tetap tidak terpecahkan. Siapa pun yang meletakkan bom tersebut-dan apa pun motifnya-tetap menjadi misteri dan belum dapat dipecahkan.


Bom Meledak di World Trade Center New York

Plang Wall Street di dekat Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)
Dalam file foto 11 Mei 2007 ini, tanda Wall Street dipasang di dekat fasad terbungkus bendera dari Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)

Pada 26 Februari tahun 1993, sebuah bom meledak di tempat parkir di bawah World Trade Center di New York, Amerika Serikat.

Ledakan tersebut meninggalkan lubang sebesar 18 meter dan menyebabkan runtuhnya beberapa lantai beton di sekitar lokasi ledakan.

Dikutip dari History, Kamis (25/2/2021), walaupun bom teroris itu gagal merusak struktur utama gedung tersebut, enam orang tewas dan lebih dari 1.000 luka-luka. Gedung World Trade Center mengalami kerusakan yang menyebabkan kerugian besar.

Setelah ledakan tersebut, pihak berwenang mengevakuasi 50.000 orang dari gedung. Ratusan di antaranya terkena dampak asap pekat di udara.

Pemerintah kota dan Biro Investigasi Federal (FBI) melakukan perburuan besas-besaran terhadap tersangka.

Pada Maret 1994, Mohammad Salameh, Ahmad Ajaj, Nidal Ayyad, dan Mahmous Abouhalima dinyatakan bersalah oleh juri federal atas peran mereka dalam pemboman tersebut dan masing-masing dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.

Infografis Bom Bunuh Diri di Polsek Astana Anyar Bandung. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Bom Bunuh Diri di Polsek Astana Anyar Bandung. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya