Liputan6.com, Canberra - Organisasi iklim Climate Council melaporkan, musim panas yang terjadi di Australia telah memecahkan lebih dari 200 rekor cuaca.
Menurut Climate Council yang menjuluki musim panas dengan "Angry Summer", melaporkan bahwa pada tahun ini terdapat gelombang panas yang intens dan kebakaran hutan di Australia timur. Kebalikannya, hujan lebat dan banjir terjadi di Australia barat.
Baca Juga
Menurut sejumlah peneliti, hal tersebut menunjukkan bahwa perubahan iklim sedang dirasakan di seluruh Australia.
Advertisement
Laporan tersebut mencatat, musim panas dengan suhu tertinggi telah tercatat di Sydney, Brisbane, dan Canberra. Sebuah kota di New South Wales, Moree, bersuhu 35 derajat Celcius selama 54 hari berturut-turut.
Sementara itu, Adelaide tercatat mengalami Natal terpanas dalam 70 tahun, yakni dengan suhu mencapai 41,3 derajat Celcius. Sedangkan Perth, memiliki curah hujan musim panas tertinggi (192,8 mm).
Di New South Wales, suhu musim panasnya 2,57 derajat Celcius lebih tinggi dari rata-rata.
Setidaknya terdapat 205 rekor cuaca yang telah dipecahkan hanya dalam kurun tiga bulan di Australia. Penulis utama penelitan tersebut, Will Steffen, mengatakan bahwa cuaca ekstrem dipicu oleh perubahan iklim.
"Kami mengalami panas ekstrem yang belum pernah terjadi sebelumnya dan memecahkan rekor baru pada tingkat mengkhawatirkan, dengan setiap wilayah Australia merasakan dampaknya," ujar Steffen yang merupakan ilmuwan iklim seperti dikutip dari BBC, Rabu (8/3/2017).
"Cuaca kestrem akan makin intens pada abad ini jika kita terus berdiam diri dan gagal bergerak cepat untuk menghapus bahan bakar fosil dari perekonomian kita," imbuh dia.
Para penulis riset mengatakan, sistem energi yang kian menua, tak efisien, dan berpolusi makin berada di bawah tekanan akibat cuaca ekstrem.