Junta Militer Myanmar Bom Pesta Pernikahan Warga, 20 Orang Tewas

Pesta pernikahan berdarah terjadi di Myanmar. Junta myanmar yang melakukan serangan udara.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 05 Jun 2024, 13:07 WIB
Diterbitkan 05 Jun 2024, 13:07 WIB
Junta militer secara teratur menggunakan serangan udara untuk menargetkan kelompok perlawanan, namun sebagian besar membunuh dan melukai warga sipil dalam serangan tersebut. ( Facebook)
Junta militer secara teratur menggunakan serangan udara untuk menargetkan kelompok perlawanan, namun sebagian besar membunuh dan melukai warga sipil dalam serangan tersebut. ( Facebook)

Liputan6.com, Sagaing - Puluhan warga sipil tewas atau terluka dalam serangan udara di pesta pernikahan di wilayah Sagaing Myanmar pada Senin (3 Juni), kata juru bicara gerakan perlawanan People's Defence Force (PDF) atau Pasukan Pertahanan Rakyat kepada dpa seperti dikutip dari Channel News Asia (CNA), Rabu (5/6/2024).

Serangan yang dilakukan junta militer negara tersebut, yang merebut kekuasaan melalui kudeta pada Februari 2021, telah menghantam permukiman Mingin di wilayah tersebut, katanya.

Setidaknya 20 orang tewas dan 30 lainnya luka parah. Korban termasuk perempuan dan anak-anak, tutur PDF.

Juru bicara kelompok itu mengatakan serangan udara dilancarkan ketika orang-orang mulai berkumpul untuk menghadiri pernikahan di pagi hari. Setelah pemboman awal dari udara, militer menindaklanjutinya dengan senjata berat, papar pihak PDF.

Serangan ini menghalangi bantuan kepada korban luka dan pemulihan jenazah, menurut laporan lokal.

Adapun media Myanmar memberitakan bahwa pengantin wanita adalah anggota PDF lokal. Dia dan pengantin prianya dilaporkan terbunuh. Kendati demikian informasi tersebut tidak dapat diverifikasi secara independen.

Mingin, yang terletak di sebelah barat negara Asia Tenggara yang sebelumnya bernama Burma, telah muncul sebagai basis PDF.

Junta militer secara teratur menggunakan serangan udara untuk menargetkan kelompok perlawanan, namun sebagian besar membunuh dan melukai warga sipil dalam serangan tersebut. Pertempuran telah melanda negara itu sejak kudeta, dengan kelompok etnis, beberapa di antaranya terkait dengan Tiongkok, melawan para jenderal junta.

Dewan Penasihat Khusus yang terdiri dari para ahli internasional independen mengatakan dalam laporan terbarunya yang dikeluarkan pekan lalu bahwa junta telah sepenuhnya kehilangan kendali atas otoritas lokal yang mencakup 86% wilayah negara dan rumah bagi 67% populasi.

53 Orang Tewas dan 40 Terluka dalam Serangan Udara Militer Myanmar

Ilustrasi Duka Cita (Freepik/Freepic.diller)
Ilustrasi Duka Cita (Freepik/Freepic.diller)

Sebelumnya, media independen lokal Myanmar melaporkan bahwa militer melancarkan serangan udara pada Selasa (11/4/2023) pagi, yang menargetkan upacara pembukaan kantor pasukan pertahanan rakyat (PDF) di Desa Pa Zi Gyi, wilayah Sagaing.

Pemerintah Persatuan Nasional (NUG), yang dibentuk untuk menentang junta militer mengatakan, sedikitnya 53 orang dipastikan tewas dan 40 orang terluka dalam serangan udara tersebut. Beberapa kantor berita lokal menyebutkan jumlah kematian bisa mencapai 100 orang.

"Pagi ini, angkatan udara Myanmar menjatuhkan sejumlah bom di sebuah pertemuan sipil yang dihadiri beberapa ratus orang, sementara helikopter serbu memberondong kerumunan," ujar penjabat presiden NUG Duwa Lashi La seperti dilansir The Guardian, Rabu (12/4).

Duwa Lashi La menyerukan kutukan terhadap serangan itu.

"Militer melanjutkan perangnya yang tidak masuk akal terhadap rakyat sendiri. Satu-satunya tujuan mereka adalah mengonsolidasikan kekuatan melalui kematian dan kehancuran. Mereka tidak akan berhasil. Kami akan melanjutkan perjuangan kami untuk Myanmar yang baru. Tujuan kami adalah Myanmar, di mana kekejaman seperti itu tidak dapat terjadi dan di mana kekuasaan berasal dari kehendak rakyat, bukan kekuatan senjata," kata Duwa Lashi La.

Dia meminta negara tetangga untuk memberikan bantuan kemanusiaan ke Sagaing dan daerah lain yang dilanda konflik.

Petugas penyelamat bernama Kyaw Wunna mengatakan kepada Than Lwin Times bahwa kantor yang didirikan oleh PDF, kelompok sukarelawan yang berjuang untuk menggulingkan junta militer, baru selesai dibangun sepekan lalu. Upacara pembukaannya menyajikan makanan ringan dan dihadiri oleh masyarakat setempat, termasuk anak-anak.

Kepala Kantor Komisaris Hak Asasi Manusia PBB Volker Turk menuturkan bahwa dia ngeri mengetahui serangan udara oleh junta militer Myanmar. Korban, sebut Turk, diduga termasuk anak-anak yang tengah menari serta warga sipil lainnya.

Menurut NUG, serangan udara terjadi sekitar pukul 08.00 waktu setempat. Kemudian kelompok aktivis Kyunhla, yang secara sukarela membantu korban luka menyebutkan bahwa militer kembali melancarkan serangan lain pada pukul 17.35 waktu setempat, ke daerah yang sama sebanyak tiga kali.

Militer Myanmar, yang melakukan kudeta pada Februari 2021, dilaporkan semakin sering menggunakan serangan udara untuk menghancurkan gerakan perlawanan yang menentangnya. Menurut kelompok Myamar Witness, serangan telah menargetkan sekolah, fasilitas medis, tempat ibadah, rumah warga sipil dan infrastruktur.

Sejauh ini, junta militer Myanmar belum mengomentari laporan serangan pada Selasa. Sebelumnya, pemimpin junta militer membantah melakukan kekejaman terhadap warga sipil dan mencap kelompok-kelompok perlawanan sebagai teroris yang berusaha menghancurkan Myanmar.

Sebelum kudeta, wilayah Sagaing, rumah bagi mayoritas Buddha-Bamar, terhindar dari tingkat kekerasan dan penindasan militer. Namun, sekarang itu telah menjadi salah satu garis depan dalam pertempuran melawan junta dan menjadi sasaran serangan udara dan pembakaran desa.

Junta Militer Myanmar Disebut Bantai 28 Orang di Biara, termasuk 3 Biksu

Ilustrasi bendera Myanmar (AFP Photo)
Ilustrasi bendera Myanmar (AFP Photo)

Sedikitnya 28 orang tewas oleh tentara Myanmar di sebuah biara di Negara Bagian Shan. Klaim tersebut disampaikan kelompok pemberontak.

"Pasukan menembaki Desa Nan Nein pada Sabtu (11/3/2023)," kata Pasukan Pertahanan Kebangsaan Karenni (KNDF) seperti dilansir BBC, Senin (13/3/).

Jumlah pertempuran mematikan antara militer dan kelompok perlawanan bersenjata di Myanmar meningkat sejak junta merebut kekuasaan melalui kudeta dua tahun sebelum 2023.

Beberapa pertempuran paling sengit terjadi di Negara Bagian Shan, yang berbatasan dengan ibu kota Naypyitaw dan Thailand.

"Pada Sabtu, angkatan udara dan artileri memasuki desa setelah penembakan sekitar pukul 16.00 waktu setempat dan mengeksekusi penduduk desa yang mereka temukan bersembunyi di dalam sebuah biara," kata KNDF.

Sebuah video dari KNDF -salah satu dari beberapa tentara etnis yang bergabung dalam perang melawan junta militer- menunjukkan setidaknya 21 jasad, termasuk tiga orang berjubah oranye yang umumnya dikenakan oleh biksu Buddha, menumpuk di biara. Jasad-jasad itu diduga memiliki luka tembak. Video tersebut juga memperlihatkan dinding biara yang dipenuhi lubang peluru.

Surat kabar lokal The Kantarawaddy Times yang mengutip juru bicara KNDF menyebutkan, "Sepertinya (militer) membuat mereka berbaris di depan biara dan secara brutal menembak mereka semua, termasuk para biarawan."

Kelompok tersebut mengatakan kepada BBC bahwa mereka telah menemukan tujuh mayat lainnya di dekat desa kecil itu.

Beberapa bangunan dan rumah di sekitarnya juga dibakar dalam apa yang dikatakan KNDF sebagai serangan militer di desa tersebut.

Kelompok itu mengatakan penduduk desa percaya berlindung dengan biksu yang sangat dihormati di daerah itu dapat menjamin perlindungan mereka. Sementara itu, sejumlah warga lainnya dilaporkan sempat dievakuasi sebelum tentara tiba.

 

Ledakan Bom Myanmar Tewaskan 5 Pejabat Pemerintah, Junta Militer Salahkan Kelompok Anti-Kudeta

21 Oktober 2010: Myanmar Mengganti Bendera Nasional
Bendera Negara Myanmar. (AP/Khin Maung Win)

Sementara itu, ledakan bom juga pernah guncang Myawady, Myanmar.

"Serangan bom di kompleks pemerintah di pusat perbatasan Myanmar Myawady membunuh lima pejabat pemerintah dan petugas keamanan serta melukai 11 polisi," kata sejumlah sumber kepada AFP pada Senin (4/9/2023).

 Kota ini telah menyaksikan bentrokan sporadis antara militer dan pejuang anti-junta, sejak kudeta pada tahun 2021 dan menjerumuskan negara ke dalam kekacauan.

Minggu dini hari dua "bom jatuh" jatuh ke dalam kompleks yang terdiri dari kantor polisi distrik dan kantor administrasi umum, kata sumber militer Myanmar kepada AFP.

Ketika para pejabat mengambil "langkah-langkah keamanan" setelah ledakan bom (yang pertama), dua bom lainnya dijatuhkan, menewaskan lima orang dan melukai 11 orang, kata mereka, yang meminta tidak disebutkan namanya karena mereka tidak berwenang untuk berbicara kepada media.

Korban tewas termasuk seorang perwira militer, dua petugas polisi dan dua pejabat dari departemen administrasi, kata mereka.

11 polisi "junior dan senior" terluka, lima lainnya kritis, tambah sumber tersebut.

Sumber kepolisian setempat yang juga meminta namanya dirahasiakan membenarkan insiden dan jumlah korban jiwa. Kendati demikian sejauh ini tidak ada sumber yang menyebutkan siapa yang bertanggung jawab atas serangan tersebut. 

Selengkapnya klik di sini...

Infografis Penangkapan Aung San Suu Kyi dan Kudeta Militer Myanmar. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Penangkapan Aung San Suu Kyi dan Kudeta Militer Myanmar. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya