Liputan6.com, Washington, DC - Setelah Perang Dunia II, Amerika Serikat mengembangkan sejumlah senjata perang, termasuk roket nuklir. Untuk kali pertama, Negeri Paman Sam memiliki kapal induk yang bisa menampung roket nuklir pada 1960-an. Kapal itu bernama USS Enterprise.
Namun nahas, tepat pada 49 tahun yang lalu, roket nuklir yang berada di kapal Enterprise meledak. Akibatnya, 27 orang tewas dan sekitar 300 orang lainnya terluka.
Baca Juga
Selain itu, seperti dimuat History.com, 15 pesawat tempur hancur. Sementara, 16 pesawat lain yang ada di kapal induk masih dalam kondisi aman dan tidak rusak.
Advertisement
Peristiwa itu terjadi pada 14 Januari 1969 pagi, sekitar pukul 08.19 waktu setempat di pangkalan Pearl Harbor, Hawaii, Amerika Serikat. Demikian Today In History Liputan6.com pada Minggu (14/1/2018).
Kejadian itu berawal saat roket Zuni dengan nomor MK-32 yang dipasang di pesawat jet tempur Phantom F-4 mengalami overheat, panas yang berlebih hingga akhirnya meledak.
Ledakan tersebut memicu reaksi berantai ke bagian dek kapal, sehingga kebakaran terjadi di sejumlah bagian kapal sepanjang 335 meter yang menamping 4.600 kru tersebut. Para kru kapal berusaha keras untuk memadamkan api kebakaran. Sementara, kru lain mencoba menyelamatkan diri. Ada juga yang menyelamatkan rekannya yang terluka.
Api pada akhirnya bisa dipadamkan. Kapal USS Enterprise mengalami kerusakaan di sejumlah bagian. Kapal induk yang menampung delapan reaktor nuklir itu kemudian diperbaiki dan kembali dioperasikan beberapa bulan kemudian.
Militer AS pun mencoba melakukan standar pencegahan agar roket nuklir tidak mengalami overheat dan meledak lagi.
USS Enterprise merupakan kapal induk bertenaga nuklir pertama milik Angkatan Laut AS yang mulai bertugas pada 25 November 1961.
Kapal itu disebut juga CVN 65. CV pada CVN adalah kode untuk menamakan jenis kapal induk sedangkan N menunjukkan senjata nuklir.
USS Enterprise menjadi kapal perang terbesar di dunia pada rentang waktu antara tahun 1961-1970. Kapal tersebut berhenti dioperasikan pada tahun 2015 yang selanjutnya digantikan oleh USS Gerald Ford.
Sejarah lain mencatat, pada 14 Januari 2010, Yaman menyatakan perang terbuka melawan kelompok teroris Al-Qaeda. Sementara pada 14 Januari 2011, Presiden Tunisia, Zine El Abidine Ben Ali, melarikan diri ke Saudi Arabia selepas serangkaian demonstrasi massa menentang rezimnya dan kebijakannya yang korup, menuntut.