Liputan6.com, Jakarta - Alien sering dicitrakan sebagai sosok berwarna hijau. Anggapan tersebut masih berlaku bahkan hingga saat ini -- ketika kisah-kisah terkait kunjungan makhluk angkasa luar ke Bumi sudah dibantah secara ilmiah.
Salah sangka pun kerap terjadi. Misalnya, pada 21 April 2016, Jenderal Mark Milley, Kepala Staf Angkatan Darat Amerika Serikat (US Army) berpidato dalam program pelatihan tentara cadangan di Norwich University, negara bagian Vermont.
Laporan Army Times mengutip suatu kata dalam pidatonya kepada para kadet, "Kalian akan berurusan dengan manusia-manusia mungil berwarna hijau."
Advertisement
Baca Juga
Sang jenderal mungkin menggunakan istilah "manusia-manusia mungil berwarna hijau", mengacu kepada tentara Rusia atau Ukraina. Menurut BBC, istilah itu muncul karena warna seragam pasukan-pasukan tersebut.
Tak pelak lagi, ucapan itu malah menimbulkan spekulasi di internet bahwa pihak militer AS sedang berurusan dengan UFO dan makhluk-makhluk angkasa luar.
Dikutip dari Live Science pada Kamis (17/11/2016), bagi kebanyakan orang, istilah "manusia-manusia mungil berwarna hijau" selalu dikaitkan dengan kehidupan angkasa luar.
Mereka juga kerap meramaikan kisah fiksi ilmiah. Makhluk-makhluk hijau hadir dalam cerita, film, dan program televisi.
Kenapa Berwarna Hijau?
Lalu, dari mana munculnya perkiraan bahwa alien berwarna hijau?
Kemunculan mahluk hijau sebenarnya telah ada bahkan sebelum adanya fiksi ilmiah, hingga ke legenda Inggris pada Abad ke-12, "Anak-anak Hijau dari Woolpit", demikian dijelaskan oleh Arthur Evans, editor kepala untuk jurnal Science Fiction Studies (SFS) di DePauw University, negara bagian Indiana.
Kata Evans kepada LiveScience melalaui surel, dalam penelitian terbitan 2006 oleh SFS, para ilmuwan memaparkan tentang hikayat rakyat yang berkisah tentang kemunculan secara gaib dua orang anak berkulit hijau dekat desa Woolpit, bagian timur Inggris.
Dalam fiksi ilmiah, penggunaan istilah "manusia-manusia mungil berwarna hijau" bertarikh hingga ke 1940-an. Penelusuran oleh Encyclopedia of Science Fiction menemukan penggunaan pertama dalam cerita "Mayaya's Little Green Men" (Weird Tales, 1946) karangan Harold Lawlor.
Novel fiksi ilmiah "Martians, Go Home" (E.P. Dutton, 1955) karangan Frederic Brown mempertegas gagasan tentang alien mungil berkulit hijau yang tidak berbahaya, tapi menyebalkan.
Pasukan pendatang itu bukan berperang mati-matian untuk menguasai dunia, tapi sekedar berbuat iseng.
Manusia-manusia mungil berwarna hijau juga hadir di televisi. Debutnya adalah karaktter Great Gazoo dalam kartun "The Flinstones" keluaran 1965. Lalu istilah itu tercetus lagi dalam "Star Trek" episode "Tomorrow is Yesterday" (1969) dan episode "Remembrance the Daleks" (1988) dalam serial "Doctor Who".
Para penggemar film "Toy Story" juga tentu ingat dengan mainan alien "manusia-manusia mungil berwarna hijau".
Cerminan Dunia Kita
Berlanjutnya pemakaian istilah itu dalam fiksi ilmiah mungkin bisa dijelaskan dengan apa yang mereka ceritakan tentang diri kita sendiri, kata Brooks Peck, seorang kurator di EMP Museum, Seattle. Museum itu dulunya dikenal dengan "Experimental Music Project" dan sekarang memperagakan segala bentuk budaya pop, termasuk fiksi ilmiah.
"Manusia-manusia mungil berwarna hijau adalah reka-rekaan. Di masa awal fiksi ilmiah--pada 1920-an dan 1930-an--alien adalah mahluk aneh tak terjelaskan. Dengan berjalannya waktu, mereka menjelma seperti manusia. Mereka mengambil peran sebagai aspek yang mencerminkan kemanusiaan dan tentang siapa diri kita," kata Peck.
Ada beberapa jenis alien yang muncul berulang-ulang dalam fiksi ilmiah, baik yang dulu maupun sekarang, kata Peck. Dan selalu ada pembelajaran dari mereka semua tentang apa yang menjadikan kita sebagai manusia.
Ia menjelaskan, "Ada yang mengambil secuil dari kemanusiaan dan memperkuatnya." Milsanya kegemaran untuk membuat masalah.
Ada lagi karakter-karakter yang melambangkan kepolosan anak-anak, semisal E.T. dari film "E.T. the Extraterrestrial," Uncle Martin dalam "My Favorite Martian," atau Mork dari serial televisi "Mork and Mindy."
Sejumlah mahluk lainnya melambangkan sisi lebih kelam dalam kemanusiaan, misalnya mahluk jahat yang dapat berubah-ubah bentuk dalam serial "Alien" atau Klingon penjajah dalam "Star Trek".
Dunia fiksi ilmiah bisa cukup cocok dengan dunia nyata, atau berbeda secara dramatis, kata Peck. Tapi, apapun rupa karakternya --baik monster dengan tentakel, humanoid penjelajah waktu, atau manusia mungil berwarna hijau --Evans mengatakan, "semua fiksi ilmiah adalah cerminan dunia kita. Semua cerita tentang alien sebenarnya cerita tentang kita."